Rabu, Oktober 14, 2009

Steve Jobs : Otak Genius Di Balik Kesuksesan Apple




penulis : Hermawan Aksan



Pertama liat buku ini adalah di Moro. Supermarket terbesar di Purwokerto. Sewaktu nemenin Mbak Ina beli jaket n sekalian mbeliin Neysa boneka buwat ultah dia kedua.

Aku ambil. Aku baca sekilas. Tertarik dengan Steve Jobs karena dia merupakan guru expertise saya di hidup saya (yang saya tuliskan di proposal hidup). Aku beli.

Menarik. Bagaimana seorang Steve Jobs bisa mendirikan perusahaan Apple yang sekarang begitu besar. Seorang anak yang tergolong hiperaktif dan nakal, yang kemudian berubah menjadi kreatif di awal-awal sekolah dasarnya. Yang mampu "melihat masa depan" atau mungkin lebih tepatnya visioner. Mampu melihat peluang bahwa komputer yang dia buat bersama Steve Wozniak bisa dijual umum padahal Woz kala itu malu dengan buatannya sendiri. Seorang anak muda yang tak pernah lulus bahkan drop out dari perguruan tingginya. Yang kemudian dipecat oleh perusahan yang ia dirikan sendiri. Lalu berinovasi dahsyat dengan membuat studio animasi, Pixar, yang kini menjadi studio animasi terbesar dan tersukses di dunia.

Kemudian dia kembali ke Apple. Ketika Apple mulai ambruk. Dia membangkitkan lagi gairah di Apple dan menjadikan banyak prestasi untuk Apple sampai saat ini.

Yang menarik adalah filosofinya tentang pekerjaanya, ia begitu mencintai pekerjaannya hingga ia tidak mempedulikan uang hasilnya. Pakaiannya tetap saja kaos hitam lengan panjang, celana jins, dan sepatu karet walau ia tampil di publik maupun ajang bergengsi internasional. Rumahnya meski besar tak ada perabot mewah didalamnya. Dan ia adalah seorang vegetarian yang unik. Sungguh, kesederhanaan ini lah yang mungkin membuat inspirasi bagi banyak orang dan tentunya bagi Apple itu sendiri yang selalu mengeluarkan produk-poduk yang simple.

Teteplah lapar, tetaplah bodoh,
kutipan yang kusukai...

Bagaimanapun, Steve Jobs tetap guru expertise saya dalam bidang entrepreneuship....

Senin, Oktober 05, 2009

Negeri 5 Menara


Buku ini aku selesaikan cepat. Aku dipinjami Puput hari jumat, minggu malam aku sudah kelar. Kertasnya enak dibaca. Mirip buku Ayat-ayat Cinta-nya Kang Abik atau Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata. Lembut. Tak mudah lelah dimata. Cover bukunya menarik. Bergambar sesuai dengan judulnya, yaitu gambar lima menara. Puput, teman yang baik yang meminjamkanku buku ini, sangat terobsesi dengan gontor.

Bener banget. Setting tempat ini adalah Gontor. Pondok Modern Gontor Darussalam, Ponorogo, Indonesia. Kisah hidup ini tentang Alif Fikri, anak Maninjau, pelosok Sumatera Barat. Yang dipaksa untuk sekolah agama setelah selesei sekolah madrasah tsanawiyahnya. Bertemu dengan ribuan teman dari seluruh Indonesia di Pondok Madani, begitu disebutkan di novel ini. Namun dia punya teman akrab berjumlah 5 orang, yang ia menamakan "geng"-nya sahibul menara, karena selalu berkumpul di bawah menara masjid pondok sebelum maghrib datang. Mereka saling membicarakan mimpi-mimpi mereka, keluh kesah dan ilmu-ilmu kehidupan. Ada Atang dari Bandung yang jago Teater. Ada Baso dari Gowa, yang selalu membawa buku kemana-mana dan terobsesi berat menjadi hafiz Quran. Ada Dulmajid, anak madura miskin yang unik. Ada Said, arab Surabaya yang jadi ketua informal mereka, suka olahraga dan berbadan besar. Ada Raja, anak Medan yang cerdas.

Bercerita tentang keseharian di Pondok Madani. Tentang kebandelan mereka, tentang liburan-liburan mereka, keisengan mereka, mimpi-mimpi mereka, ujian-ujian mereka, kompetisi dalam pondok hingga perpisahan yang sangat sungguh berat.

Banyak ilmu disini.

Yang membuat aku terinspirasi adalah tentu saja : Man Jadda wajada!
Siapa yang bersungguh-sungsuh, maka akan berhasil.
Saajtahidu fauqa mustawa al-akhar, yang artinya berjuang dengan usaha diatas rata-rata orang lain. Dahsyat!

Setelah baca buku ini, aku akan terus belajar bahasa juga agama.



"Jangan pernah meremehkan impian, walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha Mendengar"