Selasa, Oktober 28, 2008

Berhenti Sejenak


Minggu, 26 Oktober 2008
saat 20 : 07


Judul : Berhenti Sejenak
Penulis : Bayu Gawtama
Penerbit : Penerbit Hikmah, Jakarta
Cetakan : Pertama 2005
Tebal buku : xi + 176 hal












Buku ini aku beli di Bogor, di Gunung Agung, Pangrango Plaza Bogor. Aku sedikit tahu tentang peulisnya. Kebetulan aku penggemar berat tulisannya di blog maupun di Eramuslim.com. Bayu Gawtama, seorang pekerja kantoran dengan hobi menulis blog yang berisi tentang kehidupan pribadinya. Yang menarik dari buku ini tentunya bukan dari penulisnya saja. Ada tulisan Islamic Chicken Soup for the Soul di sudut kiri atas cover. Menarik! Berarti ini berisi tulisan-tulisan tentang kisah keseharian manusia yang dalam maknanya. Hikmah-hikmah dibaliknya. Enteng dibaca!
Benar saja, buku ini berisi 5 bab besar dengan tema keseharian yang berbeda-beda. Buku ini memang buku enteng, setiap kata tak perlu dicerna dua kali. Tapi jangan sepelekan makna setiap kalimatnya, bisa jadi ini begitu menusuk dihati. Bukan karena menyakitkan, tapi membuat kita berpikir ulang, merenungi apa yang selama ini kita kerjakan. Tentang kepedulian terhadap sesama, tentang bakti kita terhadap orang tua, tentang peringatan-peringatan yang ada disekeliling kita, tentang rasa syukur terhadap hidup, juga tentang kasih sayang dan cinta.
Begitu sederhananya sehingga membaca buku ini tak perlu waktu banyak. Memang, baca bukunya cepat, tapi perenungan dalam diri ini terus berkelanjutan. Efek buku ini!
Aku tertarik pada beberapa judul dalam kisah didalamnya. Seperti pada Multilevel Kebaikan. Sesuai judulnya, kisah ini bercerita tentang kebaikan kita yang tak minta dibalas untuk kita, tapi balsalah dengan kebaikan pada orang lain yang sedang membutuhkan. Hal ini berlangsung terus menerus sehingga seperti membentuk jaringan seperti jaringan multilevel. Kemudian ada judul Tak Semahal Conello, yang berkisah tentang kita yang kadang tak mau peduli terhadap orang-orang disekitar kita. Banyak sesungguhnya hal yang menarik dalam buku ini.

Buku ini sungguh tidak membosankan. Karena setiap isi begitu dalam maknanya. Membuat kita lebih peduli, pada setiap kesempatan yang diberikan Tuhan untuk berbuat kebaikan. Membuat jiwa ini begitu lembut, halus dan lebih peduli terhadap kebaikan.

Yang kemudian saya tangkap, sesuai motto Mas Gaw adalah:
“Jika setiap tempat adalah sekolah maka setiap orang adalah guru”

Semangat Membaca!

0 kata-kata: